Alamat IP (Internet Protocol Address
atau sering disingkat IP) adalah deretan angka biner antar 32-bit
sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap
komputer host dalam jaringan Internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan Internet berbasis TCP/IP.
Sistem pengalamatan IP ini terbagi menjadi dua, yakni:
2.
Sistem Bilangan Bilangan Biner ; Perpangkatan 2 0 dan 1 Bilangan Oktal ;
Perpangkatan 8 0-7 Bilangan Desimal ; Perpangkatan 10 0-9 Bilangan Hexa
; Perpangkatan 16 0-F
4.
PENGALAMATAN DAN PENAMAAN PADA INTERNET Setiap simpul didalam Internet
membutuhkan alamat tertentu yang bersifat unik untuk dapat berkomunikasi
Alamat ini dipergunakan protokol IP untuk mengidentifikasikan host –
host dan merutekan datagram diantara mereka Setiap simpul juga
membutuhkan nama untuk memudahkan dalam mengingat simpul dalam internet , nama ini ditranslasikan ke dalam alamat uniknya
5.
Alamat Internet(Internet Address) Bersifat uniq Logical address
Tersusun dari 32 bit(4 oktet) 1 oktet = 8 bit Terbagi menjadi 2 bagian
: 1. Alamat jaringan/Netid(Network address) 2. Alamat Host/Hostid Kelas
6.
Alamat jaringan ( netid ) mengidentifikasi jaringan tempat host
tersebut terhubung secara langsung(bit – bit terkiri) Alamat host
(hostid) mengidentifikasi host tersebut secara individu(bit – bit selain
netid---terkanan)
7.
Format Umum Alamat Internet Tiap oktet dipisah dengan notasi dot
(titik) Tiap oktet dirubah ke dalam angka desimal dan dipisah oleh dot
Contoh : 10000000 00001011 00000011 011111 11 128.11.3.31
8.
Kelas – Kelas IP Address Ditentukan oleh besar ukuran jaringan Terbagi
dalam 5 kelas : 1. Kelas A : digunakan untuk jaringan yang sangat besar.
2. Kelas B : digunakan untuk jaringan yang ukurannya medium. 3. Kelas C
: digunakan untukjaringan yang ukurannya kecil. 4. Kelas D : digunakan
untuk IP multicasting 5. Kelas E : dicadangkan untuk penggunaan
eksperimen.
9. Kelas
A Dalam kelas A ini oktet (8 bit) pertama adalah netid. kelas A ini
memiliki jaringan atau 128 jaringan yang tersedia 24 bit digunakan
sebagai hostid. Setiap netid memiliki host atau 16.777.216 host/router.
Kelas A cocok untuk mendisain organisasi komputer yang jumlahnya sangat
besar dalam jaringannya.
10.
Kelas B Dalam kelas B ini 2 oktet (16 bit) pertama adalah netid. Kelas B
ini memiliki jaringan atau 16.384 jaringan yang tersedia 16 bit sisa
digunakan sebagai hostid. Setiap netid memiliki host atau 65.536
host/router. Kelas B cocok untuk mendisain organisasi komputer
organisasi komputer dalam jumlah menengah.
11.
Kelas C Dalam kelas C ini 3 oktet (24 bit) pertama adalah netid. Kelas C
ini memiliki jaring`n atau 2.097.152 jaringan yang tersedia 8 bit sisa
digunakan sebagai hostid. Setiap netid memiliki host atau 256
host/router. Kelas C cocok untuk mendisain organisasi komputer
organisasi komputer dalam jumlah kecil.
12.
Kelas D Khusus kelas D ini digunakan untuk tujuan multicasting . Dalam
kelas ini tidak lagi dibahas mengenai netid dan hostid. Alamat multicast
adalah komunikasi one-to-many . Paket yang dikirim oleh sebuah host
menuju kelompok tujuan ( group of destination ).
13.
Kelas E Kelas E disisakan untuk pengunaan khusus, biasanya untuk
kepentingan riset. Juga tidak ada dikenal netid dan hostid di sini.
14.
Pembatasan Alamat IP Beberapa alamat IP mempunyai penggunaan khusus dan
tidak dapat digunakan untuk mengenali jaringan atau host Netid dan
Hostid 0 (biner 00000000) tidak diijinkan karena 0 berarti “jaringan
ini”. contoh 155.124.0.0 mengenali jaringan 155.124 Netid 127 (biner
01111111) merupakan alamat loopback, dipergunakan untuk memeriksa
konfigurasi jaringan host Hostid 255 merupakan alamat broadcast. suatu
pesan yang dikirimkan ke 183.20.255.255 disebarkan ke setiap host pada
jaringan 183.20 Oktet terakhir dari alamat IP tidak boleh 0 atau 255
15.
Adanya pembatasan alamat diatas menyebabkan alamat IP yang tersedia
secara aktual seperti tabel di bawah 254 2.097.152 223 192 C 65.534
16.384 191 128 B 16.277.214 126 126 1 A Hostid Netid Sampai Dari Kelas
16.
Jaringan Private Jika sebuah organisasi ingin membangun jaringan
komputer dan tidak membutuhkan terkoneksi pada jaringan internet, ada 3
pilihan untuk pembuatan alamat-alamat IP nya : 1. Dapat menggunakan
sebuah alamat yang unique tanpa menghubungkan ke internet. Namun ini
akan sangat menguntungkan apabila di kemudian hari berniat untuk
menghubungkan jaringan private-nya ke internet tidak akan timbul masalah
lagi. Namun nampaknya untuk kelas A dan B sudah tidak memungkinkan lagi
karena sudah dimiliki oleh organisasi yang terhubung ke internet. 2.
Bisa juga menggunakan sembarang alamat IP dari kelas A, B dan C. Namun
ini akan sanagat menyulitkan apabila organisasi tersebut berniat
terhubung ke internet. 3. Pilihan 1 dan 2 masih memiliki masalah, maka
otoritas pencatatan alamat internet telah mencadangkan range
alamat-alamat tertentu dari kelas A, B dan C yang bisa digunakan oleh
organisasi manapun sebagai jaringan private. Tentu saja, di dalam
internet, alamat khusus ini tidak akan dikenal dan diabaikan.
17.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada kelas A, B dan C.
Gambar. Jaringan dengan 2 tingkat hierarki (tanpa subnetting)
18. Jaringan dengan 3 tingkat hierarki (dengan subnetting)
19.
Subnet Masking Subnetid dibuat dengan mengambil bit dari field hostid
menggunakan teknik subnet masking 10100001 0111011 10110111 10110111 ip
adress 11111111 1111111 11110000 00000000 subnet mask 10100001 0111011
10110111 10110111 Net id Subnetid Hostid Kelas B
20.
Subnet Mask selalu terdiri dari bit – bit orde tinggi 0 128 192 224 240
248 252 254 255 Alamat kelas B, subnetmask 255.255.255.0 mengalokasikan
oktet ke 3 sbg alamat subnet, sehingga ada 254 subnetid yang mungkin
Catatan : Subnetid tidak dapat berisi 0 atau 1 seluruhnya seperti
layaknya netid
21. Subnet Mask Default Kelas A : 255.0.0.0 Kelas B : 255.255.0.0 Kelas C : 255.255.255.0.
Subnetting
Pengertian Subnetting
Subnetting
adalah suatu metode untuk memperbanyak network ID dari suatu network ID
yang telahanda miliki. Contoh kasus diperiukannya subnetting: Sebuah
perusahaan memperoleh IP address network kelas C 192.168.0.0. Dengan IP
network tersebut maka akan didapatkan sebanyak 254 (28-2) alamat IP
address yang dapat kita pasang pada komputer yang terkoneksi ke
jaringan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengelola jaringan
dengan jumlah komputer lebih dari 254 tersebut. Tentu tidak mungkin jika
anda harus menempatkan komputer sebanyak itu dalam satu lokasi. Jika
anda hanya menggunakan 30 komputer dalam satu kantor, maka ada 224 IP
address yang tidak akan terpakai. Untuk mensiasati jumlah IP address
yang tidak terpakai tersebut dengan jalan membagi IP network menjadi
beberapa network yang lebih kecil yang disebut subnet.
Rumus untuk menghitung jumlah subnet adalah: 2n -2 n adalah jumlah bit yang diselubungi
Rumus untuk menghitung jumlah host per subnet = 2N – 2 N adalah jumlah bit yang masih tersisa untuk host ID
Fungsi Subnetting Fungsi subnetting antara lain sbb:
Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet.
Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
Pengelolaan yang disederhanakan.
Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh,
Untuk
contohnya kita bisa ambil kasus sbb : WAN yang menggunakan jaringan
antar kota yang berbeda. lebih optimpal jaringan tersebut dengan
subnetting. Proses Subnetting Untuk melakukan proses subnetting kita akan melakukan beberapa proses antara lain :
Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask
Menentukan jumlah host per subnet
Menentukan subnet yang valid
Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet
Menentukan host – host yang valid untuk tiap subnet
Penghitungan
subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif
lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua
pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan
IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis
dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address
192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu?
Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung
dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang
disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan
pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
*Pertanyaan
berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk
melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
*SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan!
Pertanyaan
tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host
per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita
selesaikan dengan urutan seperti itu:
Jumlah Subnet = 2x,
dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet
mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk
kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y –
2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari
0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet =
256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet
berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid?
Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah
1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum
subnet berikutnya.
Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255
Kita
sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa
melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik
yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C
adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara
diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya
kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B.
Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah
seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan
kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang
“dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 s`mpai /24 caranya sama
persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan
langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di
oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet
kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga
berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
Ok,
kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita
mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24.
Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y –
2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari
0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.64.0
172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.64.1
172.16.128.1
172.16.192.1
Host Terakhir
172.16.63.254
172.16.127.254
172.16.191.254
172.16.255.254
Broadcast
172.16.63.255
172.16.127.255
172.16.191.255
172.16..255.255
Berikutnya
kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan
subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
…
172.16.255.128
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.0.129
172.16.1.1
…
172.16.255.129
Host Terakhir
172.16.0.126
172.16.0.254
172.16.1.126
…
172.16.255.254
Broadcast
172.16.0.127
172.16.0.255
172.16.1.127
…
172.16.255.255
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana
kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas
B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4
(3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
…
10.254.0.0
10.255.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
…
10.254.0.1
10.255.0.1
Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
…
10.254.255.254
10.255.255.254
Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
…
10.254.255.255
10.255.255.255
Catatan:
Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes
(dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd
Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP
Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak
memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa
mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam
beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih
menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2.
REFERENSI
Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.
Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco Networking Academy Program (CNAP), Cisco Systems.
Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex Media Komputindo, 2004.